Upacara Adat Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi yang dikenal masih memegang teguh tradisi dan adat istiadat daerahnya. Upacara adat Kalimantan Selatan masih tetap di lakukan di sejumlah daerah dengan tujuan dan cara pelaksanaan yang berbeda-beda.
Pelaksanaannya tidak di lakukan secara sembarangan. Pada dasarnya, upacara adat yang di adakan oleh masyarakat Kalimantan Selatan sangat banyak. Namun, pada kesempatan kali ini, mari simak 4 upacara adat yang akan di jelaskan lebih lanjut di artikel ini.
Kumpulan Upacara Adat Kalimantan Barat
Upacara tradisional Kalimantan Selatan tidak melulu harus di sajikan pada lembaga pendidikan saja. Ada kalanya tradisi tersebut bisa di kemas untuk di kenalkan kepada para turis atau wisatawan yang datang dari manca negera. Dengan di sulap jadi destinasi wisata, akan menambah daya tarik Kalimantan Selatan untuk didatangi. Selain itu, upacara adat yang ada akan terus mendapat perhatian banyak orang dan dengan sendirinya akan lestari.
1. Tradisi Lisan Lamut
Tradisi Lisan Lamut yang ada di Kalimantan Selatan merupakan jenis karya sastra tradisional yang berbentuk syair, pantun, dan narasi. Pembacaan Lamut dengan alunan lagu dan di iringi dengan tabuhan tarbang. Tradisi lisan Lamut di lantunkan oleh seorang pelamut dengan memukul alat musik tradisional Indonesia yang bernama terbang (tarbang). Untuk waktu pembacaannya, tradisi lisan di bacakan semalam suntuk, mulai pukul 19.00 sampai dengan pukul 04.00 atau bisa juga di mulai sesudah shalat Isya hingga menjelang shalat shubuh.
2. Mallasuang Manu
Mallasuang Manu merupakan upacara yang ada di Kalimantan Selatan. Kebiasaan ini ialah melepas sepasang ayam untuk diperebutkan kepada masyarakat sebagai rasa syukur atas melimpahnya hasil laut di Kecamatan Pulau Laut Selatan. Pelaksanaan tradisi ini di gelar oleh Suku Mandar yang mendominasi kecamatan tersebut dan biasa setahun sekali tepatnya di bulan Maret. Lebih dari sehari, upacara ini di gelar hampir seminggu dengan beberapa kegiatan hiburan rakyat sehingga berlangsung meriah.
3. Babalian Tandik
Kita masuki poin yang pertama yaitu upacara adat Babalian Tandik. Tradisi Babalian Tandik merupakan kegiatan ritual yang dilakukan oleh Suku Dayak selama kurun waktu seminggu. Dan puncak acara biasanya dilakukan di depan mulut Goa dengan sesembahan pemotongan hewan qurban. Kemudian, upacara ini di akhiri dengan Upacara Badudus atau penyiraman Air Dudus. Biasanya yang di dudus (di siram) seluruh pengunjung yang hadir sehingga mereka basah semua.
4. Aruh Baharin
Ada atraksi dimana lima balian (tokoh adat) yang memimpin upacara ritual Aruh Baharin berlari kecil sambil membunyikan gelang hiang (gelang terbuat dari tembaga kuningan) mengelilingi salah satu tempat pemujaan sambil membaca mantra yang dihadiri warga Dayak sekitarnya.
Inilah sebuah prosesi adat yang di kenal dengan Aruh Baharin. Sebuah tradisi pesta syukuran yang dilakukan gabungan keluarga besar ketika berhasil panen padi di pahumaan (perladangan). Waktu pelaksanaannya selama 7 hari dan terasa sakral karena para tokoh adat yang seluruhnya delapan orang itu setiap malam menggelar prosesi ritual pemanggilan roh leluhur untuk ikut hadir dalam pesta tersebut dan menikmati sesaji yang di persembahkan.
5. Basunat
Dalam pemahaman warga Kalimantan Selatan, Basunat merupakan hal yang sangat penting. Bahkan, keislaman seseorang belum di anggap sempurna apabila orang tersebut belum bersunat. Oleh sebab itu, orang-orang Banjar sejak masih anak-anak (laki-laki berumur antara 6 – 12 tahun, dan perempuan biasanya lebih muda) telah di sunat (Alfani Daud, 1997: 252).
Selain dilakukan oleh kalangan orang Islam untuk menyempurnakan keislamannya, ternyata sunat juga dilakukan oleh masyarakat lokal yang masih menganut agama Balian maupun yang beragama Kristen (ibid). Dilain waktu akan kita ulas secara detail tentang hal ini.
6. Maccera Tasi
Upacara adat Macceratasi termasuk upacara adat masyarakat nelayan tradisional di Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan (Kalsel). Konon, tradisi ini sudah berlangsung sejak lama dan terus dilakukan secara turun-temurun setiap setahun sekali. Berdasarkan informasi yang di dapat, beberapa waktu lalu, upacara ini kembali di gelar di Pantai Gedambaan atau di sebut juga Pantai Sarang Tiung.
Prosesi upcara Macceratasi adalah penyembelihan hewan yang bernama kerbau, kambing, dan ayam di pantai kemudian darahnya di alirkan ke laut dengan maksud memberikan darah bagi kehidupan laut. Pada pelaksanaan upacara adat ini, masyarakat yang tinggal sekitar pantai dan sekitarnya, berharap mendapatkan rezeki yang melimpah dari kehidupan laut.
7. Baayun Mulud
Baayun mempunyai asal kata dari “ayun”. Jika di terjemahkan bebas “melakukan proses ayunan/buaian”. Pada umumnya, bayi yang mau di tidurkan akan di ayun oleh ibunya, ayunan ini memberikan kesan melayang – layang bagi si bayi sehingga ia bisa tertidur lelap. Asal kata “mulud” sendiri berasal dari sebutan masyarakat untuk peristiwa maulud Nabi.
Biasanya upacara ini dilakukan di dalam masjid dan pada ruangan tengah masjid di buat ayunan yang membentang pada tiang-tiang masjid. Pada ayunan yang di buat ada tiga lapis, yaitu:
– lapisan atas di gunakan kain sarigading (sasirangan),
– lapisan tengah kain kuning (kain belacu yang di beri warna kuning dari sari kunyit),
– dan lapisan bawah memakai kain bahalai (kain panjang tanpa sambungan jahitan).
Kepada setiap orang tua yang mengikutsertakan anaknya pada upacara ini memiliki kewajiban untuk menyerahkan piduduk, yaitu sebuah Sasanggan yang berisi beras kurang lebih tiga setengah liter, sebiji gula merah, sebiji kelapa, sebiji telur ayam, benang, jarum, sebongkah garam, dan uang perak.
Demikian kami sampaikan pembahasan mengenai upacara adat Kalimantan Selatan kepada para pembaca yang membutuhkannya. Semoga saja dapat menambah wawasan dan bermanfaat kepada bangsa dan negara.